Beberapa pekan lagi KRI Regional akan digelar. PENS TV berkesempatan menemui Arief A. Yudanarko, salah satu alumni PENS yang sempat menjadi peserta Robocon 1995 (kini menjadi ABU Robocon) di Osaka, Jepang. Yudanarko membuktikan bahwa dirinya mampu mempertahankan kecintaannya pada dunia robotika bahkan setelah lulus dari kampus PENS. Di penghujung tahun 2011, ia membentuk Komunitas Kampung Robot sebagai kelanjutan dari kegiatan yang telah dirintisnya sejak 2001 untuk memperkenalkan dunia robotika kepada khalayak umum, khusus pelajar di jenjang SD, SMP, dan SMA. Berikut wawancara PENS TV dengannya.
Komunitas Kampung Robot Dikunjungi PENS TV
Beri Pelatihan Gratis bagi Pelajar SMA
Semakin banyak remaja atau pelajar yang ingin belajar robotika. Mungkin saja di antara mereka ada yang hanya ikut-ikutan temannya, namun pasti ada yang memang bersungguh-sungguh menginginkannya. Sayangnya, belum banyak yang memfasilitasi mereka.
Walaupun di beberapa sekolah sudah ada kegiatan ekstrakurikuler robotika, rasanya belum cukup waktunya karena 2 jam yang disediakan seringkali habis untuk persiapan saja.
Menyadari kondisi seperti demikian, Komunitas Kampung Robot – KOKARO mengadakan pelatihan robotika gratis. Diawali pada tanggal 22 Februari 2015 kemarin, peserta dikhususkan bagi pelajar SMA yang pemula. Pelatihan selama 4 jam ini terlaksana melalui kerjasama KOKARO dengan lembaga bimbingan dan konseling belajar (BKB) Nurul Fikri Sidoarjo.
Ada 14 peserta dari 2 SMA di Sidoarjo. Mereka mengikuti dengan antusias materi robot analog, mulai dari konsep mekanik, listrik, dan elektronik. Metode belajarnya sekaligus teori dan praktik merakit. Di pelatihan pertama ini proyek robot yang dirakit adalah robot Soccer Manual, penghindar rintangan, sampai line tracer.
Kegiatan pelatihan gratis ini direncanakan setiap bulan. Mungkin yang berikutnya untuk jenjang SMP, bahkan SD. Ingin ikut? Pantau terus informasinya di web ini atau halaman facebook.com/komunitaskampungrobot.
Mengintip Komunitas Kampung Robot Makassar
Harian Fajar Metropolis, 16 Januari 2015
Mengintip Komunitas Kampung Robot Makassar
Bermain Sambil Belajar Teknologi
Komunitas ini baru berdiri sekitar dua tahun lalu di Makassar. Mereka mengumpulkan pelajar yang tertarik dengan dunia teknologi, untuk kemudian dibina merakit robot sendiri. Meski baru dua tahun di Makassar, sejatinya komunitas ini sudah cukup lama di Jawa. “Di Jawa sudah sangat banyak, jadi kami berpikir bagaimana agar pemahaman IT, terutama bagi anak-anak dan remaja bisa berkembang di Indonesia Timur. Makanya, kami pun mendirikannya di Makassar,” kata pengelola Komunitas Kampung Robot, Rudy Prihatin, saat ditemui di Pantai Losari.
Kamis, 15 Januari, empat orang murid SD dari komunitas ini baru saja ikut syuting salah satu kegiatan TV Swasta lokal di Makassar. Mereka berempat merupakan juara lomba robot yang baru saja digelar di Malaysia. Robot-robot yang mereka bawa terlihat sederhana, namun sangat pas jadi mainan anak-anak. “Dengan robot-robot itu mereka tidak hanya bermain tetapi juga mempelajari teknologi,” ujar Rudy lagi.
Dikatakan, sejak awal pihaknya hendak mengubah pandangan masyarakat, bahwa membuat robot itu ribet. Sebenarnya kata dia, membangun robot itu terjangkau. “Kata ‘kampung’ di sini dimaksudkan mencitrakan kesederhanaan, keterjangkauan, dan kebersamaan sebagaimana suasana sebuat kampung,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan pembina Komunitas Kampung Robot Makassar, Erdin Kamaruddin, setiap pekan bahkan nyaris setiap hari, ada saja anak-anak yang berkumpul bersama merakit robot sendiri. Kampung Robot sendiri terletak di salah satu rumah di Perumahan Graha Cendekia. “Kalau di Makassar, jumlah anggota Kampung Robot sudah puluhan dan rata-rata siswa SD hingga SMA,” kata Erdin.
Jika hitungan se-Indonesia, kata dia, jumlahnya mencapai 500-an orang. Keanggotaan komunitas ini memang ada tiga macam. Yaitu mereka yang mengajar, mereka yang belajar, dan mereka yang meramaikan. Jadi, orang tua pun bisa menjadi anggota saat meramaikan kemahiran anak-anaknya. Kebanyakan pelajar yang mengikuti pelatihan atau berasal dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang dibina pengajar dari Komunitas Kampung Robot. Daerahnya sendiri tersebar mulai Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, Riau, Makassar, Banjarmasin, Bekasi, hingga Depok.
Kebanyakan robot yang dikembangkan yang sederhana. Menggunakan komponen yang mudah didapatkan. Bahkan tak jarang bahannya merupakan bahan bekas yang bisa didaur ulang menjadi bentuk robot. (*)
Pelatihan dan Lomba Robot Pengangkut
Robot Pengangkut atau Transporter manual sederhana yang akan dirakit oleh peserta pada hari pertama pelatihan ini akan dilombakan pada hari kedua. Peserta dibatasi untuk usia SD dan SMP saja dan hanya untuk 40 tim.
Kegiatan yang akan diselenggarakan oleh Robotic Kidz Yogyakarta ini bertempat di Ambarrukmo Plaza pada tanggal 17-18 Januari 2015. Yudanarko, Pendiri Komunitas Kampung Robot akan melatih peserta pada hari pertama. Silakan menghubungi Mas Bayu di nomor 08172822172 untuk informasi dan pendaftaran (sesuai pada poster di samping).
InsyaAlloh, semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Komunitas Kampung Robot, Penggagas Edukasi Robotika ala Sidoarjo
Majalah TechLife Indonesia, Edisi 75 | Desember 2014
Komponen elektronik itu menyatu, berkedip, dan bisa maju mundur. Sesekali ia berhenti, kemudian kembali bergerak, mirip mainan mobil. Tetapi itu bukanlah mobil mainan, melainkan sebuah robot sederhana penjejak garis yang baru saja dibuat oleh murid-murid sekolah menengah pertama dan tergabung dalam KOKARO (Komunitas Kampung Robot) di Sidoarjo Jawa Timur.
Luar biasa! Hanya dalam tempo satu hari sebuah robot bisa tercipta oleh anak-anak usia belia. Meskipun sederhana dan dipandu dengan modul yang telah disiapkan namun kecepatan dari daya kreatif untuk membangun sebuah robot benas-benar terlihat. Satu-persatu rangkaian dan kabel serta komponen dipelajari, nyaris tak ada yang menganggur. Itulah sedikir gambaran di markas edukasi robot usia dini binaan Arief A. Yudanarko yang diberi nama Komunitas Kampung Robot atau KOKARO.
Arief mendirikan komunitas ini terilhami oleh pengalaman ikut perlombaan robot, Robocon 1995 di Osaka, Jepang. Saat itu dia berstatus mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Dia dan timnya mewakili Indonesia di kompetisi internasional itu. Sayang, timnya tak membawa pulang piala. Namun lelaki kelahiran Bojonegoro itu bangga sudah bisa mengikuti kompetisi tersebut.
Di sana, dia melihat bahwa kemampuan robot Indonesia sebetulnya sama dengan robot negara lain. “Kami tidak kalah dalam masalah ide, tapi kalah dalam hal kecanggiha robot,” kata Arief. Akhirnya dia menyebarkan ‘virus robot’ di Indonesia. Dosen pembimbingnya di kampus juga mendukung. Pada 2001, dia mengajar pelajaran ekstrakurikuler elektronika di SD Al-Hikmah Surabaya. Pelajaran itu kemudian dia ganti menjadi ekstrakurikuler robot. Sejak saat itu, banyak sekolah yang tertarik belajar robotika.
Pusat kegiatan KOKARO bertempat di seberang SDN Pilang, kira-kira 50 meter dari perempatan Pilang, Sidoarjo Jawa Timur. Aktivitas pembuatan robot seperti tak pernah berhenti di sini. Sigit misalnya, murid kelas III SMK, merasa senang bisa bergabung dengan komunitas ini karena dirinya sangat menggemari elektronika. “Keren jika masih pelajar seperti saya sudah bisa merakit robot,” ujarnya.
Arief mengaku belum melakukan pendataan anggota secara resmi. Pasalnya komunitas ini bersifat terbuka, jadi siapapun dapat bergabung. Meski demikian, KOKARO mengklasifikasikan anggota menjadi tiga kelompok berdasarkan keterlibatannya, yaitu mereka yang mengajar, belajar, dan ikut meramaikan. Dalam tiga tahun terakhir, mereka yang belajar, baik melalui pelatihan, ekstrakurikuler di sekolah, dan konsultasi daring secara langsung dengan fasilitator KOKARO sudah hampir 1000-an orang. Namun jumlah fasilitator masih sangat terbatas.
Bergabung dengan KOKARO, kata Arief, sangat mudah. Setiap orang yang pernah mengikuti pelatihan atau kegiatan ekstrakurikuler robotika di sekolah yang KOKARO fasilitasi secara langsung sudah dianggap sebagai anggota komunitas. Hanya kelompok pengajar atau fasilitator yang harus telah mengikuti pelatihan instruktur dari KOKARO. “Biaya keanggotaan belum ada. Insya-Alloh, kami rencanakan tahun depan mulai ada pendataan dan pemberian identitas bagi anggota,” terangnya.
Meski berpusat di Sidoarjo Jawa Timur, KOKARO rupanya sudah melebarkan sayapnya hingga ke Yogyakarta, Makassar, dan Bontang. “Pertengahan November kemarin bersamaan dengan agenda pelatihan, kami mencoba mengajak teman-teman di Pekanbaru untuk membentuk komunitas di sana. Selain itu kami juga terus berupaya mengembangkan di kota-kota lainnya,” ujar Arief.
Arief mengaku sempat ada perusahaan yang mengajak kerjasama untuk mengembangkan robot tertentu. Tetapi tawaran tersebut belum terlaksanan karena konsentrasi KOKARO masih pada pengembangan robot edukasi, yaitu robot untuk media belajar robotika di lingkungan pendidikan. Di awal 2014 lalu KOKARO baru saja merilis Robot SINAURO yang merupakan rangkuman dari proyek-proyek tunggal sejak awal kegiatan pembelajaran robotika dimulai. “Dengan Robot SINAURO, siapapun dapat belajar dengan mudah tentang teknik dasar robot bergerak (mobile-robot), manual serta otomatis seperti penjejak dinding (wall-tracker), penghindar rintangan (obstacle-avoider), pengikut (follower), serta penjejak garis (line-tracker),” jelas Arief.
Ke depannya, lanjut Arief, KOKARO akan terus melakukan edukasi robotika kepada masyarakat. Namun mengingat kegiatan produksi terus meningkat, Arief berharap KOKARO memiliki satu tempat sendiri. Karena selama ini kegiatan produksi masih menggunakan rumah salah satu anggota. Selain itu, Arief juga berharap mendapat dukungan dari pemerintah. “Semoga KOKARO dapat pengakuan dari pemerintah sebagai potensi unik daerah,” tutup Arief. (dwi)