Kompak mengasuh anak, juga kompak dalam mengutak-atik robot. Anton dan Julia punya cita-cita yang sama. Yaitu, mengembangkan dunia robotika nasional.
Konsentrasi Anton Widarmono yang sibuk merakit robot sedikit terganggu kala Syifaa Azzahra, 4, putri pertamanya datang menghampiri. Melihat itu, Eko Julia Purnama Sari, sang ibu, bergegas menggendong Syifaa. Dia berusaha mengalihkan perhatian buah hatinya dengan mengajaknya bermain game anak-anak di laptop.
Siang itu Anton sedang mengutak-atik robot pengantar permen. Setelah memasang semua komponen, robot setingga 10 sentimeter tercerbut mulai berjalan. “Ini robot untuk anak SD. Mereka hanya perlu modal obeng untuk bisa merangkai robot ini,” kata Anton di ruang tamu rumahnya, Jalan Kelinci, Desa Pilang, Wonoayu, Minggu (12/11).
Setelah tuntas merakit robot pengantar permen, Anton beralih ke pesawat aeromodeling. Pesawat berbahan plastik itu dikendalikan dengan remote control. Anton menekan satu-persatu tombol remote control. Memastikan semua berfungsi baik. “Pesawat aeromodeling ini punya siswa (Ponpes Progresif) Bumi Shalawat,” ujar pria 37 tahun tersebut.
Ada lebih dari tujuh robot yang bergeletakan di sekitar Anton saat itu. Selain robot pengantar permen dan pesawat aeromodeling, ada robot line tracer atau pencari jalur, robot sumo, drone, dan robot underwater. Semua itu milik sekolah-sekolah tempat Anton mengajar. Denganadanya solder, deretan obeng, dan beragam peralatan lain, ruang tamu tersebut terlihat seperti bengkel robot.
“Ini memang ruang kerja saya dan isteri,” ucap Anton. Ya, sang isteri, Julia, memiliki kecintaan yang sama terhadap dunia robotika. Latar belakang akademis keduanya juga ‘seirama’. Anton lulusan D3 Teknik Elektri Universitas Negeri Surabaya, sedangkan Julia alumnus D3 Teknik Telekomunikasi Telkom University, Bandung.
Anton aktif mengajar di sejumlah sekolah sebagai guru ekstrakurikuler robotika sejak 2009. Saat ini dia mendampingi SMP dan SMA Progresif Bumi Shalawat serta SMP Islam Terpadu (IT) Darul Fikri dan SMP IT Insal Kamil. Julia sebenarnya menjadi pengajar ekstrakurikuler robotikas di sejumlah sekolah. Namun, enam bulan terakhir dia cuti melahirkan.
Menurut Anton, dunia robotika membuatnya ketagihan. Ayah dua anak itu berharap semakin banyak pelajar di Kota Delta yang mencintai aktivitas mengutak-atik robot. Dia pun selalu mendorong para pelajar asuhannya untuk mengikuti perlombaan robot. Baik tingkat nasional maupun internasional.
Hasilnya sudah mulai terlihat. Salah satunya adalah tim dari SMP dan SMA Bumi Shalawat. Dua bulan lalu, mereka sukses menyabut sejumlah medali emas dalam kompetisi robot nasional Wonderful Indonesia Robot Challenge (WIRC) di Bandung.
Selain menjadi pengajar robotika, Anton dan Julai disibukkan dengan berbagai workshop dan seminat di sejumlah kota. Bahkan, beberapa kali mereka menjadi panitia kompetisi robot internasional. Salah satunya International Islamic School Robot Olympiad (IISRO) di Malaysia pada 2012.
Mereka juga aktif di Komunitas Kampung Robot (Kokaro). Komunitas itu adalah wadah bagi akademisi dan penghobi robotika nasional. “Semua saya ikut karena saya suka dunia robot,” kata Anton.
Menurut Anton, dirinya dan Julia saling mendukung satu sama lain. Diskusi mengenai rancang bangun robot hampir selalu dilakukan tiap hari. Sampai-sampai, keduanya kerap diguyoni kerabat sebagai ‘pasangan robot’. “Kami sering mengajak anak-anak di sekita sini main robot supata suka merancang teknologi,” ucapnya. (*/c21/pri) – Jos Rizal, Jawa Pos, 14/11/2017.
Juga bisa dibaca di sini.