Sepuluhan tahun lalu, di akhir semester pertama saya mengajarkan robotika pada anak-anak, ada anak yang berkomentar begitu. Saya tanya mengapa, dia katakan di rumahnya ada mainan yang lebih canggih dari ‘yang cuma begini’ ini. Saya tertampar. Bukan karena merasa disepelekan, tetapi karena belum mampu menunjukkan apa kelebihan ‘yang cuma begini’ ini.
Tetapi, pagi tadi (23/06/2015), di sebuah rumah di kawasan yang terlalu mewah bagi saya, seorang anak berkata begitu lagi. “Jadi, cuma begini saja ya?”
Kali ini, saya mendengarnya dengan bangga karena anak itu mengatakannya sambil mengangguk-angguk dan tersenyum. Matanya berbinar. Seakan juga berkata, “Aha, kini kutahu rahasianya.”
Sebelumnya dia pernah mengikuti semacam kursus robotika dengan perangkat yang mahal. Dia sebutkan, “Itu kan harganya 4 jutaan.” Pernah beberapa kali mengundang pengajar privat robotika, tetapi belum memuaskan. Begitu cerita mami anak ini.
Saya bersyukur, Alloh menjadikan 1 jam pertama pertemuan pagi tadi sangat berarti. Dan malam ini saya menerima pesan WA dari grandpa-nya, yang bulan lalu ‘menemukan’ saya setelah membaca koran. “Pak Yuda sugeng dalu. Matur nuwun sanget sampun meluangkan waktu untuk mengajar cucu saya.”
Pengalaman ini menjadi semangat bahwa sedehananya konsep pembelajaran Komunitas Kampung Robot yang kini saya sebut dengan 3T ternyata semakin efektif.
.: Catatan Arief A. Yudanarko :.