Perkembangan zaman yang kian maju tidak lepas dari peran teknologi khususnya bidang robotika. Pengenalan pendidikan ilmu robotika saat ini kian gencar dilakukan di Indonesia, mulai dari pengenalan melalui kegiatan ekstrakurikuler sekolah atau membentuk komunitas robotika. Salah satu komunitas saat ini yang berkembang di Indonesia adalah Komunitas Kampung Robot. Komunitas ini yang sebelumnya bernama Cerdikia kemudian bergabung sebagai bagian dari Pulpenmas (Pusat Pelayanan Pendidikan Masyarakat) pada tahun 2010.
Cerdikia telah memulai programnya sejak tahun 2001 di Surabaya dan menjadi inspirasi lahirnya kegiatan pembinaan keterampilan robotika yang lain, baik yang diselenggarakan oleh perorangan maupun lembaga. Arief A. Yudanarko, mendirikan Cerdikia karena arahan dari pembimbingnya untuk melakukan sosialisasi robotika bagi anak-anak dan pelajar seusai mengikuti perlombaan robot Robocon 1995 di Osaka, Jepang.
Dalam menjalankan program awalnya, komunitas tersebut sempat mengadakan pertemuan rutin tiap bulan, “Namun intensitas pertemuan saat ini sedikit dikurangi, lantaran anggotanya juga berprofesi sebagai Pembina ekstrakurikuler robotika di sekolah-sekolah, termasuk saya sendiri di SMP IT Darul Fikri Sidoarjo,” ujar Yudanarko. Menurut guru yang juga mengajar PDK di SMA Al-Hikmah Surabaya tersebut hal itu bukan menjadikan halangan dirinya dalam mengembangkan Komunitas Kampung Robot. Dia berkeyakinan bahwa profesi sebagai pembina pembinaan robotika yang dilakukan anggotanya merupakan sebagian program pengembangan komunitas robotika.
Komunitas Kampung Robot memiliki jaringan komunitas robotika di daerah lain seperti di Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Makassar dan saat ini akan berencana membuka di Riau. Di berbagai daerah tersebut berdiri komunitas robotika dengan berbagai nama seperti Komunitas Robotika Sidoarjo, Media Robotika, Monolab, Sekolah Robot, MasBRO (Markas Bontang Robotika), Global-Ice Makassar. “Di antara jaringan komunitas, ada yang sering mengikuti lomba sampai di tingkat internasional, seperti Sekolah Robot yang tahun lalu meraih Juara 1 kategori Robot Theatre di RoboCup Singapore 2013, dan baru saja binaan Media Robotika juga meraih Juara 1 kategori School Robot Competition di Singapore Robotic Games 2014,” tambahnya. Bahkan jaringannya juga menjadi penyelenggara lomba bertaraf internasional IISRO yang diselenggarakan pertama kalinya di Kuala Lumpur tahun 2012.
Mengembangkan Komunitas Kampung Robot kadang mengalami permasalahan, hal itu dirasakan oleh Yudanarko seperti pada penyediaan bahan dan keterbatasan biaya. Namun keadaan tersebut tidak mengecilkan hasrat dia untuk pengembangan proyek-proyek robot bagi komunitasnya. “Ada strategi kami dalam mengatasi keterbatasan, salah satunya memodifikasi mainan murah kemudian ditambahkan komponen yang diperlukan pada robot,” imbuhnya.
Masalah lain yang dialami komunitas tersebut yakni terkait dengan keterbatasan trainer robotika seiring banyaknya peminat robotika bagi kalangan pelajar, khususnya untuk kegiatan ekstrakurikuler atau mata pelajaran robotika di sekolah. Untuk menyiasati kendala tersebut Yudanarko mengadakan pelatihan instruktur robotika. “Tujuannya, membekali dan mengembangkan kompetensi calon instruktur robotika. Mereka tidak hanya dilatih dalam pengembangan robot saja, tetapi juga bagaimana sistem dan pola pengajaran robotika seperti membuat rencana pembelajaran robotika,” imbuhnya.
Mendalami robotika untuk kalangan pelajar, tidak hanya dilatih bagaimana teknik merancang robot, namun juga pengembangan karakter. ”Mengedepankan character building untuk lebih banyak ditanamkan bagi kalangan pelajar, seperti melatih kerja sama tim. Kerja sama tim merupakan hal yang mutlak dan dijadikan sebagai landasan integrasi dari ketrampilan kerja,” ujarnya.
Menurut Yudanarko, Komunitas Kampung Robot lebih menonjolkan pembelajaran dengan menggunakan robot yang sederhana kemudian dikembangkan dengan pola pikir yang kreatif. “Banyak sekali manfaat dalam belajar robotika, selain dibimbing untuk mampu merancang robot, pelajar juga dilatih mengembangkan keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir inilah yang memiliki peran penting sehingga mampu mengembangkan ide kreatif masing-masing. Kalau sejak kecil para pelajar sudah terlatih dalam mengerjakan proyek, kalau sudah dewasa, diharapkan mampu dan terampil mengerjakan proyek secara terstruktur,” tambah Yudanarko.
Menurut Yudanarko perkembangan robotika di Indonesia, khususnya di tingkat pelajar berkembang semakin pesat, ”Pemicunya ketika Kementerian Komunikasi dan Informasi mengadakan event Indonesia ICT Award (INAICTA) yang menyertakan kategori lomba robot. Adanya lomba tersebut menjadikan masyarakat lebih antusias untuk belajar tentang robotika, apalagi saat ini di Kurikulum 2013 ada pelajaran teknologi terapan yang salah satu bidangnya adalah rekayasa, pembelajaran robotika menjadi salah satu pilihannya,” pungkasnya. [*/001]
Dimuat di: Pojok Komunitas Harian Kompas (Kompas Jawa Timur), Kamis, 6 Februari 2014